Dorong Restorasi Hutan Melalui Program Sakula Budaya

 Dorong Restorasi Hutan Melalui Program Sakula Budaya

FOTO : CEO Fairventure, Megan King saat memberikan arahannya kepada peserta Sakula Budaya Angkatan II ‘Sakula Budaya Handep Hapakat’ di Desa Sumur Mas, Kecamatan Tewah, Gunung Mas, Sabtu, 25/11/2023.

KALTENGNEWS.co.id – PALANGKA RAYA – Borneo Institute (BIT) dan Fairventures Worldwide (FVW) sukses gelar pembukaan Sakula Budaya Angkatan II ‘Sakula Budaya Handep Hapakat’ di Desa Sumur Mas, Kecamatan Tewah, Gunung Mas, Sabtu, 25/11/2023.

CEO Fairventure, Megan King menjelaskan bahwa program Sakula Budaya bertujuan untuk mempromosikan keanekaragaman budaya adat Dayak serta meningkatkan kesadaran tentang praktik restorasi hutan yang berkelanjutan.

“Orang tua dan leluhur sejak jaman dulu sudah menanam pohon, nah sekarang giliran anak-anak atau peserta Sakula Budaya yang bertanggungjawab merawat pohon tersebut ketika sudah dewasa nanti,” ujarnya.

Kebudayaan bukan hanya tentang seni, namun juga bagaimana melestarikan nilai-nilai kehidupan serta kebiasaan orang Dayak secara turun menurun.

“Hal ini tentunya berhubungan dengan alam sekitar (Hutan beserta ekosistemnya, Red),” ucap Megan King.

 

FOTO : Direktur Borneo Institute, Yanedi Jagau.

 

Direktur Borneo Institute, Yanedi Jagau menuturkan bahwa kegiatan Sakula Budaya ini diharapkan mampu melahirkan pahlawan, seperti tokoh Tambun Bungai yang memiliki dada sebesar 7 jengkal.

“Artinya orang yang sabar, adil, bijaksana, rendah hati, berani, jujur dan ramah tamah. Tambun Bungai adalah pahlawan Dayak. Jadi tujuan didirikannya Sakula Budaya adalah untuk menciptakan orang yang memiliki 7 jengkal atau lapang dada dengan segala kebaikan-kebaikannya,” katanya.

Kegiatan ini dihadiri berbagai lapisan masyarakat, seperti perwakilan masyarakat lokal, organisasi non-pemerintah, Dinas Kebudayan dan Pariwisata provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Gunung Mas.

“Setelah kegiatan pembukaan ini, peserta/siswa selanjutnya akan berlatih hingga pada Februari 2024 nantinya mereka siap menampilkan pergelaran dari seluruh aktivitas latihannya,” Katanya.

Seperti kesenian tari-tarian, silat khas Dayak, prosesi Netek Pantan dan memainkan musik tradisional. Salah satu sorotan dari acara tersebut yaitu pendekatan kebudayaan. Program ini ditujukan untuk anak-anak/remaja berusia 8 hingga 15 tahun. Dengan menggunakan pendekatan budaya, adat istiadat dan tradisi, para peserta diberikan konsep pembelajaran yang menarik dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. (Agg)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!