Century, Bancakan Para Elite yang tak Pernah Usai

 Century, Bancakan Para Elite yang tak Pernah Usai
Entah mau memulai dari mana, yang pasti kasus Century sampai saat ini masih terlihat remang-
remang. Belum ada kepastian siapakah sesungguhnya yang paling bersalah dan hukuman apa yang
patut diterimanya. Pertanggungjawaban dengan alasan krisis ekonomi yang pemerintah gembor-
gemborkan digunakan untuk membail out Bank Century, sepertinya itu sangat tak sebanding dengan
dana talangan Rp6,7 triliun lebih yang diberikan pemerintah untuk Bank Century. Sebuah bank yang
hanya memiliki modal tak lebih dari dana talangan yang diterimanya, hanya memiliki tujuh cabang,
dan hanya memiliki total jumlah nasabah sebesar 0,1 persen dari total seluruh nasabah perbankan
Indonesia.
Bahkan, setelah 10 tahun berlalu, cerita duka Bank Century ini hanya menjadi bancakan para elite di
kala tahun-tahun politik. Riuh rendah dengan segala kegaduhannya di kala akan Pemilu tiba, namun
akan sunyi senyap tatkala sudah duduk berkuasa.
Mengacu pada hasil audit BPK, diduga adanya pelanggaran dalam penyelamatan Bank Century oleh
Bank Indonesia. Laporan hasil audit investigasi BPK setebal 570 halaman yang diserahkan Ketua
BPK, Hadi Purnomo kala itu kepada pimpinan DPR pada 23 November 2009 intinya berisikan dugaan
telah terjadi pelanggaran pada saat merger dan pengawasan Bank Century oleh BI.
Sebelumnya berkembang rumors bahwa sebagian dana itu dirancang untuk dialihkan ke dana
kampanye Partai Demokrat kala itu. Lantas Presiden SBY meminta kasus ini dibuka sejelas-jelasnya
dengan meminta Menteri Keuangan dan BI memberi penjelasan dan klarifikasi segamblang mungkin
terhadap hasil audit BPK tersebut. Permintaan Presiden SBY saat itu sangat beralasan, karena isu
Bank Century ini sudah berkembang sedemikian jauhnya hingga dinilai kepada upaya pemakzulan
presiden.
Baru-baru ini isu Century kembali panas pascapemberitaan media asing Hong Kong, Asia Sentinel.
Tulisan berjudul Indonesia’s SBY Government: ‘Vast Criminal Conspiracy’ disebut ditulis langsung
Pemimpin Redaksi Asia Sentinel, John Berthelsen. Dan, artikel yang lebih mendiskreditkan ere
kepemimpinan Presiden Susilo Bamabang Yudhoyono (SBY) ini diblow up habis-habisan oleh
sejumlah media dalam negeri. Namun sayang, hanya berselang beberapa hari kemudian, ada
permohonan maaf dari pihak Asia Sentinel yang ditulis di laman miliknya. Permintaan maaf itu
sendiri dipublikasi di situs Asia Sentinel pada 19 September 2018 dengan judul artikel, Apology to
President Yudhoyono and the Democrat Party of Indonesia.
Belajar dari kasus Bibit dan Chandra dimana kita sebagai bangsa selama beberapa bulan hidup dalam
suasana saling berburuk sangka, alangkah baiknya kalau kasus Bank Century ini publik tidak lagi
digiring untuk sekali lagi berburuk sangka kepada pihak-pihak yang diduga terlibat, apalagi kepada
Presiden.
Memang, diakui atau tidak, kemiskinan yang semakin meningkat, tingkat kriminalitas yang semakin
membengkak, hutang luar negeri yang seperti bom waktu, para koruptor yang selalu bertambah,
keadaan politik yang kacau dan masih banyak lagi membuat sebagian orang mudah terprovokasi
dengan isu-isu tertentu. Terlebih lagi di tahun-tahun politik menjelang Pilpres dan Pileg 2019.
Walaupun sudah ganti pemerintahan berulang kali, tapi tetap masalah yang sama selalu ada
menghampiri.
Salah satunya yakni masalah Century yang akhir-akhir ini menguras kepercayaan masyarakat pada
pemerintah. Berbagai media pun tak kalah untuk mengangkat masalah ini ke permukaan. Sehingga,
seluruh masyarakat Indonesia tahu apa yang sedang terjadi pada para penguasa. Kenapa masalah
Century ini menjadi begitu rumit. Sebenarnya ada apa di balik Century ini?

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!