Sungai Katingan Tercemar, Diduga Akibat Maraknya PETI

FOTO : Aktifitas ilegal minning di DAS Katingan.

KALTENGNEWS.co.id – KASONGAN – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Katingan rutin pantau kualitas air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan. Hasilnya menunjukan bahwa nilai total kepadatan atau kekeruhan air sungai cukup tinggi. Salah satu faktor menurunnya kualitas air tersebut diduga akibat maraknya aktifitas penambangan emas tanpa izin (PETI).

Kepala Bidang Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Katingan, Noga Yetra mengatakan jika DAS Katingan masuk kategori tercemar ringan. Pada semester pertama atau Mei 2021, DLH Katingan telah mengambil 12 titik sampel air di wilayah hulu hingga tengah DAS Katingan atau mulai Sungai Kajamei, Sungai Samba dan Sungai Kalanaman.

“Penyebab utama penurunan kualitas air Sungai Katingan karena tingginya nilai total kepadatan atau kekeruhan air. Salah satu faktornya diindikasikan karena PETI. Kita tidak ada arah penelitian ke sana untuk memastikan apakah benar secara signifikan dan secara terukur penambang penyebabnya,” ungkap Noga, Rabu (16/6/2021).

Dugaan itu cukup beralasan, pasalnya aktifitas penambangan kini marak terjadi di bantaran sungai meski sebagiannya lagi beroperasi di darat. Kendati begitu output pembuangan hasil kegiatan ilegal itu tetap berakhir di Sungai Katingan.

“Jika berbicara segmen, maka dari Sungai Kajamei itu kondisi airnya sudah tercemar ringan. Kemudian dari daerah Tumbang Samba termasuk yang tertinggi kondisi tingkat pencemarannya,” jelas Noga.

Status kualitas air sungai tercemar ringan tersebut masuk kategori kelas tiga. Kesimpulannya kualitas air Sungai Katingan tidak memenuhi syarat untuk kebutuhan air minum/konsumsi.

“Karena memang pada dasar kualitas air sungai Katingan masih belum cocok peruntukannya untuk tambak atau peternakan. Sehingga menimbulkan hasil yang tidak maksimal,” ungkapnya.

Dirinya membandingkan bahwa sebenarnya air sungai Katingan tidak terlalu komplek jika dibandingkan di daerah Jawa yang tercemar limbah industri tekstil, industri rumah makanan-minuman dan semacamnya.

Kalau berbagai macam aktifitas penduduk di pinggiran sungai tidak menyebabkan sungai tercemar. Namun yang berpengaruh besar itu kita indikasikan oleh kegiatan penambangan emas tanpa izin,” jelasnya.

Setelah melakukan pengujian, pihaknya menemukan kandungan merkuri/air raksa dalam DAS Katingan, kendati masih di bawah batas baku mutu.

“Ada beberapa titik yang negatif untuk merkuri. Hanya ada satu atau dua titik saja yang terdeteksi, tetapi masih di bawah baku mutu,” pungkasnya. (rul/aga)

0 Reviews

Write a Review

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!