Paska Pandemi Covid-19, UMKM Masih Perlu Relaksasi Kredit

FOTO: Legislator DPRD Kotawaringin Timur (Kotim) Suprianto.
Kaltengnews.co.id, SAMPIT – Legislator DPRD Kotawaringin Timur (Kotim) Suprianto mengatakan saat ini para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di daerah berusaha bangkit dari keterpurukkan, pasca pandemi Covud-19 yang terjadi sekitar tiga tahun lalu.
“Sekarang ini, masyarakat khususnya para pelaku UMKM masih memerlukan relaksasi meski pandemi Covid-19 di Kalimantan Tengah ini pada umumnya dinyatakan sudah melandai. Relaksasi yang dimaksud yakni memberikan keringanan bagi pelaku UMKM khususnya di daerah kita saat ini, terutama dalam halnya membayar cicilan pinjaman yang dipergunakan oleh masyarakat sebagai modal untuk membangun kembali usaha yang selama ini terpuruk akibat pandemi Covid-19,” ujar Dia, Sabtu (11/02/2023).
Menurut Dia, relaksasi itu sendiri masih sangat perlu dilakukan karena Covid-19 belum benar-benar usai meski penyebarannya mulai melandai. Bahkan kondisi perekonomian daerah khusus nya di sektor UMKM itu sendiri baru memulai kembali sejak beberapa bulan terakhir ini.
“Kami berharap relaksasi atau kelonggaran itu nantinya dapat di berikan oleh para debitur dalam hal ini perbankan kepada masyarakat atau pelaku usaha khususnya UMKM sebagai kreditur. Bukan hanya soal potongan bunga pinjaman saja, tapi juga kelonggaran waktu untuk pengembalian atau angsuran pinjaman mereka, karena ini merupakan dampak dari bencana itu sendiri,” ujar Dia lagi.
Tidak hanya itu, Suprianto juga berharap peran serta pemerintah terutama dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang tengah dihadapi oleh masyarakat pelaku UMKM saat ini itu, juga sangat diperlukan secepat mungkin agar kondisi ekonomi daerah kembali normal, terutama kalangan ekonomi kebawah yang paling besar merasakan dampak negatif Covid selama ini.
“Memang sangat perlu dilakukan melalui berbagai kebijakan-kebijakan, karena kita ketahui hampir semua sektor mati suri, dan baru saja bangkit, kalau dibiarkan masyarakat sendiri berjalan dengan bisnis atau usaha level ekonomi mikro mereka maka akan staknan, karena kendalanya bukan hanya soal modal dan bahan usaha, tetapi juga pemasaran yang semakin sulit,” tandas Dia. (TBK/YS)