Pemprov Kalteng Lepas 14 Armada Bus untuk Program Mudik Gratis Idulfitri 1446 H
Rumahkan Ratusan Karyawan, Pengusaha Rotan di Kotim Terancam Bangkrut

FOTO : Lokasi gudang rotan milik salah satu pengusaha terlihat kosong dampak PHK karyawan, Sabtu (5/6/2021).
KALTENGNEWS.co.id – SAMPIT – Sejak dua bulan terakhir, pengusaha rotan di Kabupaten Kotawaringin Timur keluhkan tingginya harga rotan basah yang dipatok petani alias Rp 5 juta per ton.
Pengusaha rotan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Adul mengatakan bahwa tingginya harga jual rotan itu membuat pihaknya menunda membeli rotan basah.
“Petani mematok Rp 5 juta per ton. Padahal setelah diproses, rotan akan susut nyaris 70 persen alias hanya memproduksi 300 kilogram rotan kering saja,” keluhnya, Sabtu (5/6/2021).
Misalnya kita beli harga Rp 5 juta/ton itu untuk rotan basah. Ditambah dengan ongkos produksi Rp 1 Juta/ton. Artinya 1 ton basah kita menyiapkan dana sekitar 6 juta. Sementara dalam 1 ton rotan basah itu hanya 30 persen saja rotan keringnya akibat mengalami penyusutan. Paparnya.
“Rotan kering itu biasanya kami jual ke Cirebon. Jika harga naik tentu yang diuntungkan pihak petani, sementara untuk pengusaha rotan sendiri sangat dirugikan. Karena biaya beli rotan sangat tinggi dibanding dengan harga jual yang relatif murah,” ungkapnya.
Menurutnya pengusaha rotan di Kotawaringin Timur sekitar 20 orang. Setelah harga rotan basah melambung tinggi, maka hanya sekitar tiga pengusaha saja yang berani berspekulasi menampung rotan petani. Sedangkan sisanya berpotensi bangkrut dan memilih merumahkan para pekerjanya.
“Sebagian pengusaha kini mulai beralih pekerjaan. Parahnya karyawan kami banyak yang berhenti bekerja akibat situasi seperti ini. Rata-rata tiap pengusaha memiliki 50 karyawan, jika ada 17 pengusaha yang gulung tikar maka ratusan karyawan yang menjadi korban,” sebutnya.
Dirinya meminta kepada Asosiasi Pengusaha dan Petani Rotan (Aspero) Kotawaringin Timur beserta pemerintah daerah setempat segera carikan solusi permasalahan ini. Jika harga rotan basah dari petani masih melambung mahal, maka ditakutkan bakal berimbas pada tutupnya usaha pengolahan rotan di daerahnya.
“Jangan sampai dibiarkan berlarut-larut, apalagi tanpa ada dukungan terhadap kami sebagai pengusaha. Apalagi sampai saat ini tidak ada komentar apapun dari Aspero untuk menanggapi permasalahan ini,” tukasnya.
Gejolak harga rotan basah itu diduga erat kaitannya dengan keterlibatan pengusaha asal luar Kotawaringin Timur. Pasalnya harga rotan basah di wilayah DAS Barito diketahui stabil.
“Pemerintah harusnya hadir dan mencari solusi terkait dugaan permainan harga dari pengusaha luar. Jangan sampai pengusaha rotan yang menghidupi ratusan karyawan gulung tikar,” pintanya.
Dirinya berharap, harga rotan kembali normal diangka Rp 250 sampai Rp 350 ribu.
“Dalam seminggu, Kotawaringin Timur bisa memproduksi 300 sampai 400 ton rotan basah. Jadi sebulan diperkirakan mencapai 1.600 ton hasil rotan,” pungkasnya. (tsf/aga)