FOTO : Meski lelah, sejumlah tenaga medis yang tersisa tetap melayani kesehatan pasien di ruang IGD RSUD Mas Amsyar Kasongan, Kamis (26/6/2021).
KALTENGNEWS.co.id – KASONGAN – Sejak 21 Juni 2021 lalu, sejumlah tenaga kesehatan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Mas Amsyar Kasongan terkonfirmasi positif Covid-19. Akibatnya, para pegawai tersebut dinonaktifkan sementara untuk jalani isolasi mandiri. Kini beban kerja dilimpahkan kepada tenaga medis yang tidak reaktif. Setelah lima hari bekerja maksimal menutupi shif jaga sejawatnya, tenaga kesehatan yang tersisa mengaku kelelahan dan terancam tumbang.
Tenaga kesehatan di IGD RSUD Mas Amsyar Kasongan inisial LS menuturkan, meningkatnya kasus Covid-19 di kalangan tenaga kesehatan membuat pelayan di IGD kalang kabut. Seperti kekurangan personel hingga kelelahan karena harus menutupi jadwal rekan kerja mereka yang sedang isolasi mandiri.
“Dari tujuh dokter umum yang ada, dua diantaranya dinyatakan positif Covid-19. Sedangkan dua dokter lainnya masih berstatus pra jabatan. Bidan yang awalnya 13 orang kini tersisa delapan orang, karena empat bidan lainnya dinyatakan positif Covid-19 dan satu orang masih menunggu hasil swab PCR,” bebernya, Sabtu (26/6/2021).
Krisis tenaga kesehatan juga dialami perawat pada IGD umum RSUD Mas Amsyar Kasongan. Dimana satu orang terkonfirmasi positif Corona dan satu lainnya masih menunggu hasil swab PCR ulang. Dengan komposisi dan kekuatan tenaga medis yang tersisa, maka dinilai kurang memadai dan optimal ketika menjalankan tugasnya.
“Kadang saat pasien datang dalam keadaan urgensi, kami harus mengesampingkan rasa lelah dan sesaat meminta waktu untuk menunda pelayanan karena kami juga kelelahan. Fatalnya lagi bagian pendaftaran IGD biasanya diisi oleh empat orang, kini hanya tersisa satu orang saja,” ungkapnya.

Keluhan tersebut terpaksa mereka suarakan, mengingat pelayanan kesehatan terus berjalan sedangkan kondisi tenaga kesehatan di IGD RSUD Mas Amsyar Kasongan sedang alami krisis. Ditambah kondisi psikologis dan faktor kelelahan para tenaga kesehatan yang tersisa akibat menutupi jadwal rekan-rekan lainnya selama lima hari terakhir.
“Bagaimana jika pasien masuk dengan kondisi urgensi, sedangkan perawat/bidan yang tersisa hanya dua orang dalam satu shift. Bayangkan lagi apabila pasien yang bersangkutan harus dirujuk, lalu siapa tenaga medis yang tersisa di IGD ?. Lalu siapa yang bisa membantu jika kendala seperti ini terjadi. Semua tenaga kesehatan juga manusia biasa, ada fase dimana tubuh perlu diistirahatkan sejenak,” keluhnya.
Kini kondisi kesehatan staf IGD mulai menurun satu persatu. Mereka berharap diberikan keringanan untuk beristirahat di rumah selama beberapa hari. Dimana hati nurani para atasan, tidakkah terbesit rasa iba melihat tenaga medisnya sudah berjuang setahun lebih ini.
“Haruskah semua tim dinyatakan positif dulu baru ada kebijakan untuk menutup IGD atau memilih mengistirahatkan mereka untuk sementara waktu? Mohon doanya semoga staf IGD yang kini sedang berjuang melawan penyakit lekas sembuh. Lalu staf yang masih bertahan semoga kondisi imun tubuhnya selalu tetap kuat,” harapnya. (aga)